Allah Tritunggal merupakan sebuah
“konsep” untuk menjabarkan Sang Pencipta dalam iman Kristen. Tentunya, memahami
mengenai Allah harus dimulai dari kesadaran bahwa Allah tak terbatas, melampaui
akal manusia yang sangat terbatas. Jadi, bagaimana mungkin manusia bisa
mempelajari dan “mengurung” Allah yang tidak terbatas di dalam akalnya yang
terbatas? Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa kita tidak bisa menjelaskan
siapa Allah. Kita dapat mengenal Allah sebatas DIA menyatakan diri-Nya kepada
manusia di dalam Firman Allah (Alkitab).
Kemudian harus diingat bahwa
ketika berbicara tentang Allah, kita berbicara mengenai hakikat Allah yang Roh
adanya (Yoh 4:24), bukan materi; tidak terbatas pada ruang dan waktu (Mazmur
93:2), dan tentu tidak seperti kita, manusia yang bersifat materi (Mazmur 90:
4-6).
Perjanjian Lama mengajarkan bahwa
Allah itu Esa. “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN
itu esa!” (Ulangan 6:4). Kata “esa” berasal dari kata Ibrani “Echad” yang
artinya adalah “Satu”.
Pada masa Perjanjian Lama, Allah
belum menyingkapkan ketiga pribadi tritunggal (Bapa, Putera dan Roh Kudus)
kepada bangsa Israel. Barulah ketika Tuhan Yesus menyatakannya dalam Matius
28:19 (..baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus), kita
mengetahui dengan pasti bahwa Allah itu ternyata terdiri dari tiga pribadi,
yaitu Allah Bapa, Anak (Yesus Kristus) dan Roh Kudus.
Setiap pribadi di dalam Trinitas
memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan dalam pengertian tertentu
merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Namun, di dalam
pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak, dan Roh
Kudus. Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak menebus ciptaan; dan
Roh Kudus melahirbarukan dan menguduskan, dalam rangka mengaplikasikan
penebusan kepada orang-orang percaya.
- · Allah Bapa
Allah sebagai Bapa yang
memelihara, yang memberikan kasih seorang Bapa Sejati yang sangat mesra, begitu
penyayang dan begitu tertib penuh ketegasan (disiplin). Bapa Sorgawi tidak
pernah sama dengan para bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini dalam hal
kasih dan karakter yang tidak dapat terbandingi dengan kasih dan karakter Bapa
Sorgawi.
Allah sebagai Bapa Sorgawi
merupakan Bapa yang sempurna dari segala bapa (bapak-bapak atau para ayah)
dunia ini yang adalah gambaran dan rupa (duplikat dan bayangan) dari Sang Bapa
Sorgawi yang murni.
- · Anak
Allah Anak merupakan pribadi
kedua dalam Tritunggal. Ia adalah firman (logos) Allah yang menjadi manusia dan
memakai nama Yesus (Ibrani: Yehoshua; Yunani: Iesous; Inggris: Jesus) Yohanes
1:1-14. Kasih-Nya yang besar akan dunia ini membuat-Nya rela datang ke dalam
dunia, melakukan karya penyelamatan, merendahkan diri sampai mati di kayu
salib, dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang ketiga, naik ke sorga dan dari
sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan mati.
Ia adalah teladan iman sejati dan
sumber kehidupan bagi orang percaya. Firman Allah telah menunjukkan kasih-Nya
yang terbesar dengan menjadi Anak yang mati di kayu salib. Yesus memberikan
hidup-Nya agar semua yang percaya kepada-Nya bisa menjadi anak Allah (Yohanes
1:12). Tanpa syarat dan aturan yang susah, cukup dengan percaya akan berita Injil
dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat pribadi (Roma 10:9-10).
- · Roh Kudus
Roh Allah sebagai Pembimbing,
Pendamping, Penolong, Penyerta, dan Penghibur yang tidak terlihat, namun
berdiam di dalam hati setiap manusia yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah
Tuhan dan hidup di dalam-Nya (1 Korintus 3:16).
Roh Kudus bukanlah tenaga aktif.
Roh Kudus bukanlah kebijaksanaan (pikiran) tertinggi dari seluruh alam jagad
kosmik. Roh Kudus bukanlah manusia tokoh pendiri suatu agama baru. Roh Kudus
tidak pernah berbau hal yang mistik. Memang benar bahwa Allah itu maha kuasa,
tetapi Roh Kudus itu bukan sekedar kuasa atau kekuatan, tetapi Roh Kudus adalah
Allah, sebab Allah itu Roh. Dengan demikian Roh Kudus adalah
Pribadi Allah itu sendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Allah.
Pengajaran (doktrin) mengenai
“Allah Tritunggal” merupakan pokok penting dalam iman Kristen. Istilah
Tritunggal/Trinitas bukan menjelaskan relasi dari tiga Allah,
tetapi Allah yang Esa dalam tiga Pribadi (Tiga Oknum).
Ketika mempelajari topik ini
perlu diingat bahwa kata “Tritunggal/ Trinitas” tidak digunakan dalam Alkitab.
Istilah ini digunakan untuk menjelaskan ketritunggalan Allah, yaitu Allah yang
terdiri dari tiga Pribadi yang berada bersama dalam kekekalan. Haruslah
dimengerti bahwa ini TIDAK berarti ada tiga Allah. Tritunggal berarti satu
Allah yang Esa terdiri dari tiga Pribadi.
Tidak ada salahnya menggunakan
istilah Tritunggal atau Trinitas walaupun istilah ini tidak ditemukan dalam
Alkitab. Lebih gampang mengucapkan “Tritunggal” atau “Trinitas” daripada
mengatakan “Allah yang Esa yang terdiri dari tiga Pribadi yang berada bersama
dalam kekekalan.”
Kata Trinitas (bhs latin)
dipergunakan sebagai usaha untuk menjelaskan kepenuhan dari Allah, baik dalam
hal keesaan-Nya maupun dalam hal keragaman-Nya. Bapa Gereja Tertullianus
(220 AD), ia adalah yang mula pertama mencetuskan ide, gagasan dan dengan
tepat mendasarkan doktrin Trinitas dari ayat Matius 28:19, yang berbunyi: Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Dia menjabarkannya dalam suatu doktrin yang
berbunyi: ‘una substantia tres personae‘, “satu substansi/hakekat
tiga pribadi”.
Mengapa Tertullianus memberikan
pengajaran tentang trinitas/tritunggal? Hal itu tidak lain sebagai upaya
apologetika (pembelaan iman) yang dilakukannya terhadap banyaknya ajaran-ajaran
yang menyimpang di dalam kekristenan berkaitan dengan hakikat Allah.
Ajaran-ajaran tersebut telah
membuat kebingungan di kalangan umat Tuhan (sejak abad 2-3 M), sehingga
Tertullianus berinisiatif untuk menggali kebenaran firman Tuhan yang tertulis
dalam Matius 28:19. Mengapa ayat tersebut yang menjadi fokus? Karena dalam ayat
itulah, Tuhan Yesus mengajarkan gereja tentang tritunggal Allah (Bapa, Anak dan
Roh Kudus).
Pengertian untuk mendalami
ke-Tritunggalan Allah akan sulit dijelaskan pada seseorang, bila orang tersebut
tidak mengalami ke-Tritunggalan Allah. Tentunya pengalaman ke-tritunggalan
Allah ini hanya dapat dilakukan oleh Roh Kudus dalam kasih karunia Bapa
Sorgawi, setelah menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat
pribadi dan hidup di dalam kasih dan iman kepada-Nya.
Masalah yang sering timbul adalah
pada orang yang berbeda keyakinan iman, karena konsep Allah dalam paradigma
mereka pasti berbeda dengan paradigma iman Kristen. Itulah sebabnya, seringkali
konsep Kristen mengenai Allah Tritunggal kerap menjadi bahan perdebatan dan
serangan dari pihak-pihak lain.
Ajaran mengenai Allah Tritunggal
adalah ajaran yang Alkitabiah dan terbukti, baik secara historis (Bangsa
Israel, Gereja mula-mula), maupun biblikal (studi kata dan telaah
teologis) dan pada dasarnya realistis.
Jadi, TUHAN Allah itu satu (esa),
dan bukan tiga Allah, atau tiga Tuhan, atau tiga Tuhan Allah. Tuhan itu satu,
Allah itu satu (Ulangan 6:4).
TUHAN Allah yang esa itu
menyatakan dirinya kepada manusia dalam tiga pribadi yang sehakekat, sederajat,
setingkat, yaitu Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Allah Tritunggal adalah jati diri
Allah yang hakiki, melebihi pemahaman dan pengertian kita, namun merupakan
pernyataan yang jelas, karena tertulis dalam Alkitab.

BalasHapusImamat 19 : 18, Ulangan 6 : 4 - 5, Matius 22 : 37, Markus 12 : 29 - 31, Lukas 10 : 27
Aksara Ibrani : " שמע ישראל יהיה אלהינו יהוה אחד ואהבתא את יהוה אלהיך בכל לבבך ובכל נפשך ובכל מאודך ואהבתא לרעך כמוך. ''
Cara membacanya menurut peraturan tata bahasa Ibrani : " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad ve'ahavta et YHWH ( Adonai ) Eloheikha bekol levavkha uvkol nafsheka uvkol me'odekha ve'ahavta le'reakha kamokha. "
🕎✡️🐟✝️🕊️📖🇮🇱